Sumut, Sinarglobalnusantara.com-
Di balik peringatan Hari Kesaktian Pancasila yang khidmat di Sumatera Utara pada Rabu 1 Oktober 2025,tersimpan sebuah ironi yang memilukan. Tugu Letda Sudjono, yang terletak di Perkebunan Bandar Betsy, Kecamatan Bandar Huluan, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara, kondisinya sangat memprihatinkan dan seolah terlupakan. Tugu ini menjadi saksi bisu “Peristiwa Bandar Betsy,” sebuah tragedi yang merenggut nyawa Letda Sudjono akibat kebiadaban PKI.
Akses jalan menuju tugu sangat rusak, terutama saat musim hujan. Jalanan berlubang dan berlumpur menjadi tantangan berat bagi siapa pun yang ingin mengunjungi tempat bersejarah ini. Kondisi ini diperparah dengan kurangnya perhatian terhadap kebersihan area tugu. Rumput liar tumbuh subur, menutupi sebagian monumen dan menambah kesan terbengkalai.
Perhatian terhadap Tugu Letda Sudjono seolah hanya muncul menjelang upacara Hari Kesaktian Pancasila. Dua minggu sebelum peringatan, area tugu dibersihkan dan jalan diratakan sementara. Namun, setelah upacara usai, semuanya kembali seperti semula.
Suwito, seorang warga Bandar Betsy, mengungkapkan kekecewaannya, “Menjelang Hari Kesaktian Pancasila, Tugu Letda Sudjono baru dibersihkan untuk upacara, namun setelah selesai dibiarkan begitu saja.”ujarnya.
Pada peringatan Hari Kesaktian Pancasila, Rabu, 1 Oktober 2025, hadir Gubernur Sumatera Utara beserta jajaran pejabat tinggi sipil, militer, dan kepolisian. Warga berharap kehadiran mereka dapat membawa perubahan nyata bagi kondisi Tugu Letda Sudjono.
Suwito menambahkan, pemerintah provinsi maupun Kabupaten Simalungun seharusnya memberikan perhatian khusus terhadap pelestarian tugu ini. Tugu Letda Sudjono bukan hanya sekadar monumen, tetapi juga simbol penting dari sejarah bangsa.
“Kami berharap kepada pemerintah untuk memberikan perhatian khusus terhadap tugu Letda Sudjono di Bandar Betsy,” tegas Suwito. “Menghargai jasa pahlawan bukan hanya memperingati satu tahun sekali, tetapi lebih dari itu, kita harus menjaga, merawat, dan melestarikan agar bukti sejarah tetap terjaga dan tidak hilang ditelan masa”,katanya.
Suwito juga menekankan pentingnya akses jalan yang layak agar masyarakat dapat mengunjungi tugu dan mengenang jasa Pahlawan Revolusi. “Kalau akses jalan tidak baik, siapa yang mau datang?” pungkasnya.
Tugu Letda Sudjono adalah bagian dari sejarah bangsa yang tidak boleh dilupakan. Perhatian dan tindakan nyata dari pemerintah sangat dibutuhkan agar monumen ini tetap berdiri kokoh sebagai pengingat perjuangan para pahlawan.
Sebagai pengingat sejarah, Sinar Global Nusantara mengutip sedikit kisah perjuangan Letda Sujono dari berbagai sumber terpercaya. Adapun Letda Sudjono merupakan seorang prajurit TNI yang menjaga Perusahaan Perkebunan Negara (PPN) Karet IX Bandar Betsy.
Kala itu, konflik pecah pada 14 Mei 1965, dimana tiga organisasi sayap PKI yaitu BTI, PR dan Gerwani, berupaya menduduki perkebunan milik negara yang saat ini disebut PTPN IV Regional l Eks PTPN III. Saat itu Sujono masih berpangkat Pelda (Pembantu Letnan Dua).
Pelda Sujono sebagai penjaga perkebunan negara mencoba melerai dan menghalangi percobaan itu. Ternyata beliau malah menjadi korban, setelah ditangkap sebahagian mengatakan dia disiksa dulu, ada yang mengatakan dia langsung dibunuh.
Untuk mengenang pengorbanannya, Tugu Letda Sujono didirikan pada 1970-an. Pada 1997, ditambahkan pula patung 7 Pahlawan Revolusi dengan ornamen Garuda Pancasila di belakangnya. Kini, tugu tersebut tak hanya menjadi lokasi peringatan Hari Kesaktian Pancasila setiap 1 Oktober, tetapi juga dikenal sebagai wisata sejarah di Kabupaten Simalungun. (SGN/R01)
Discussion about this post