Simalungun, Sinarglobalnusantara.com-
PalmCo,sub holding BUMN PTPN diharapkan menjadi perusahaan sawit terbesar di dunia, dimana PalmCo dibentuk melalui penggabungan PT Perkebunan Nusantara (PTPN) V, VI dan XIII ke dalam PTPN IV sebagai entitas bertahan dan pemisahan tidak murni PTPN III (Persero) ke dalam PTPN IV.
Tentunya sesuai tujuan awal,PTPN dipercaya mampu berkontribusi meningkatkan produksi Crude Palm Oil (CPO) nasional dan minyak goreng dalam negeri, sehingga dalam mencapai program yang telah ditentukan oleh Palmco tentunya seluruh PTPN yang tergabung didalamnya harus bekerja keras dengan melaksanakan tata cara pengelolaan budidaya kelapa sawit yang baik dan benar agar dapat mencapai hasil yang telah diprogramkan.

Salah satu upaya yang paling signifikan menaikkan produksi adalah perawatan tanaman dengan sangat baik, tanaman yang terawat pasti memberikan hasil yang terbaik,sehingga perusahaan telah menggelontorkan anggaran yang cukup besar untuk perawatan tanaman kelapa sawit,namun pada kenyataannya PTPN IV Regional ll Kebun Unit Mayang, tepatnya Afdeling ll,diduga tidak melakukan perawatan dengan baik dan sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP) yang telah ditetapkan perusahaan.
Sesuai hasil investigasi team Sinar Global Nusantara bersama anggota LSM Kemilau Cahaya Bangsa Indonesia, beberapa hari dilapangkan tepatnya hari kamis (28/04/2024) dan pada hari Rabu(03/24/2024).Pada Blok 12 AE di Afdeling IV, ditemukan puluhan hektar pokok kelapa sawit tanaman tahun 2014, tampak terbiar dan digerayangi oleh gulma pengganggu,gulma seperti Lompong, Dongkel Anak Kayu,dan tumbuhan gulma Serimpi banyak ditemukan dilokasi, diprediksi sudah 2 tahun tidak dilakukan perawatan sehingga gulma seperti anak kayu sudah mencapai tinggi 2 hingga 3 meter.
Alhasil semak belukar menjadi sarang dan penghasil gulma lainnya seperti tikus pemakan buah sawit dan ulat api, terbukti puluhan pohon kelapa sawit sudah diserang hama ulat api dan diperhitungkan akan menyebar luas kepada tanaman lainnya, memang dalam waktu dekat dampak dari hal ini belum terlihat jelas, namun 1tahun ke depan produksi pasti menurun karena hama telah menyedot dan mengambil nutrisi dan makanan pokok tanaman sawit, selain proses fotosintesis juga akan berkurang karena daun hijau yang telah diserang hama ulat api,maka sudah dipastikan menimbulkan kerugian besar pada perusahaan.
Terkait temuan ini,salah satu team investigasi lapangan LSM KCBI Kabupaten Simalungun Romwel Panjaitan menduga ada korporasi korupsi,”Kalau sampai begini suburnya gulma pengganggu diareal tanaman sawit diperkirakan sudah bertahun tahun ini tidak dilakukan pemeliharaan, buktinya anak kayuan bisa mencapai tinggi 2 hingga 3 meter,jika semak begini pasti jadi sarang hama lainnya seperti ulat dan tikus pemakan buah sawit, saya yakin ini ada dugaan korupsi anggaran pemeliharaan tanaman,jadi temuan ini juga akan saya sampaikan pada pimpinan lembaga agar dilakukan pelaporan kepada Aparat Penegak Hukum”tandasnya.
“Saya juga sangat menyayangkan situasi ini, percuma banyak ahli ahli tanaman kelapa sawit di PTPN IV ini,kan para Asisten Afdeling dan Asisten Kepala di Mayang ini sudah banyak melakukan pendidikan dan pelatihan, mereka juga digaji perusahaan cukup besar untuk mengurusi tanaman sawit di perkebunan, namun kenyataannya beginilah kondisi yang kita lihat dilapangan, sehingga kita berharap direksi PTPN Regional ll melakukan evaluasi kinerja terhadap Askep dan Asisten Afdeling beserta jajarannya,kita berharap juga agar team Audit SPI ( Satuan Pengawasan intern) turun kelapangan melihat kebobrokan kinerja di lapangan”tandas Panjaitan.

Januar Saragih Manager PTPN IV Unit Mayang saat dikonfirmasi melalui pesan WhatsApp dengan mengirimkan video dan foto tanaman yang kurang perawatan tampaknya enggan di konfirmasi, bahkan hingga rilis berita ini dikirimkan ke meja redaksi Januar Saragih tampak bungkam dan tidak memberikan jawaban.(SGN/R03/RP)
Discussion about this post