Medan,Sinarglobalnusantara.com
Sesuai amanat UUD 1945 alinea ke-4 terdapat kalimat “Mencerdaskan kehidupan bangsa” merupakan tujuan pendidikan nasional yang menggambarkan cita-cita bangsa Indonesia untuk mendidik dan men setarakan pendidikan ke seluruh penjuru Indonesia agar tercapai kehidupan berbangsa yang cerdas.Bahkan sebenarnya pendidikan merupakan salah satu syarat untuk lebih memajukan pemerintah dan negeri ini.
Bahkan undang undang juga mewajibkan pemerintah untuk menjamin pendidikan yang bermutu bagi anak bangsa, sehingga pemerintah pun menghadirkan program beasiswa bagi siswa berprestasi atau siswa kurang mampu agar dapat terus melanjutkan sekolah hingga jenjang yang lebih tinggi.
Namun miris melihatnya, progam cita cita pendidikan tersebut tampaknya tidak berlaku pada Yayasan Pendidikan SMP Markus Medan yang beralamat di
Jl. Kapten Muslim No.226, Helvetia Tengah, Kecamatan Medan Helvetia, Kota Medan, Sumatera Utara.Buktinya cerita memalukan bangsa yang dialami anak bangsa sendiri bernama Valentino Rossi, putra dari Nyonya SH Boru Siahaan warga Jln.kapten Sumarsono/ Helvetia by pass.
Informasi dihimpun berdasarkan keterangan SH boru Siahaan kepada Team Sinarglobalnusantara.com pada sabtu (19/08/2023 ),bahwa Valentino Rossi anaknya yang sebelumnya sempat bersekolah di Yayasan Pendidikan Swasta Markus Medan, mulai dari TK,SD dan sampai SMP.namun langkah anaknya menimba pendidikan terpaksa berhenti di kelas lllX (Delapan), diberhentikan dengan alasan tidak mampu membayar uang sekolah seperti siswa pada umumnya.
Ketidak mampuan ini pun terjadi akibat ibunda Valentino Rossi ini mengalami penurunan ekonomi drastis pasca pandemi Covid 19.Dia (ibu Velentino )yang biasa menghidupi keluarga menjual sayur kangkung pun akhirnya angkat tangan karena jualannya tidak laku di pasar yang selalu sepi karena pemerintah melarang warga beraktifitas demi mencegah penyebaran virus Covi-19.”Anak saya ini (Valentino Rossi=Red) tidak dapat melanjutkan pendidikan di SMP swasta Yayasan Perguruan Markus Medan karena kami belum bayar SPP nya,SPP anak saya menunggak 1 tahun di tahun 2021 pak,saya sudah pernah memohon kepada kepala sekolah atas nama ibu Kariani Tambunan untuk mencicil tunggakan SPP anak saya,saat itu saya juga sudah sediakan uang 500.000(lima ratus ribu rupiah),sebagai tanda bukti kesedian saya membayar tunggakan tersebut,namun kepala sekolah tidak menyetujui untuk dicicil” dan kepala sekolah tersebut pun berkata” itu urusan ibu,kalau ibu bayar,Valentino Rossi bisa sekolah,karena itu sudah menjadi keputusan sekolah”ungkap ibu Valentino Rossi menirukan bahasa Kepala Sekolah SMP Markus Medan.
Mendapatkan informasi tersebut, Wartawan langsung menyambangi SMP Markus Medan untuk melakukan konfirmasi, namun hanya bisa bertemu wakil kepala kepala sekolah,namun saat dikonfirmasi wakepsek tampak bingung dan tidak dapat memberi penjelasan. “Besok aja Pak datang untuk bertemu kepala sekolah minta penjelasan” kata Wakepsek.
Selanjutnya pada hari Rabu (23/08/2023) team Sinarglobalnusantara.com kembali menyambangi Yayasan Pendidikan SMP Markus Medan,dan bertemu langsung dengan kepala sekolah.Kariani Tambunan ketika dimintain keterangan malah membentak bentak wartawan.”Saya tidak mau menjawab kalau bapak bapak merekam saya, dan kalau orang bapak bapak ingin membantu bukan gini caranya, berikan uang kepada orang tuanya biar di bayar kan,supaya Valentino Rossi bisa sekolah lagi,dan lagian masalah ini sudah bertahun tahun, kenapa baru sekarang di tuntut”Kata Kariani Tambunan dengan suara lantang dan wajah memerah.
Dengan wajah berapi api,kepala sekolah pun sempat memangil security untuk mengusir wartawan, tindakan tak terpuji dengan menghalangi tugas jurnalis ini pun dilakukan kepala sekolah karena merasa terdesak dan tersudut atas konfirmasi wartawan.
Selanjutnya Team kembali berkoordinasi dengan ibu dari Valentino Rossi dan menyampaikan hasil konfirmasi dengan pihak sekolah,namun sangat menyayat hati nyonya SH boru Siahaan malah menangis dan meminta tolong kepada Team Sinargolbalnusantara.com untuk menyampaikan hal ini kepada Dinas Pendidikan Kota Medan, dan Walikota Medan Bobby Nasution.”tolong lah pak bantu kami bagaimana solusinya,bukan kami tidak mau bayar,tapi kami usahakan mencicil uang SPP yang menunggak 1 tahun, yang penting anak saya bisa sekolah lagi, mohon juga pak menyampaikan ini kepada Kepala Dinas Kota Medan dan juga kepada bapak Walikota Bobby Nasution, kasihan anak saya yang selalu ingin menuntut sekolah,tapi saya tidak mampu, tolong lah bagaimana solusinya, apakah tidak bisa anak saya dikompensasi pihak sekolah,kan adanya Dana Bos di sana pak”tandasnya sembari berlinang air mata.
Terkait hal ini,salah satu pemerhati pendidikan di Sumatera Utara.Purba Blankon angkat bicara, menurutnya kejadian ini bisa terjadi akibat kurang pekanya Kepala Sekolah dalam menghadapi sebuah permasalahan, Seharusnya sekolah dapat membantu mencari solusi bagi pemenuhan hak atas pendidikan terhadap para siswanya yang orangtuanya kurang mampu secara ekonomi,jika ternyata orang tua siswa tersebut tidak bisa melunasi uang SPP beberapa bulan karena ketidakmampuannya, maka hal ini harusnya dibicarakan baik-baik.
“Sekolah juga harusnya bisa berkoordinasi dengan pengawas sekolah dan Dinas Pendidikan setempat agar mencarikan jalan keluar, misalnya membantu memindahkan sang anak ke sekolah negeri terdekat, karena sekolah negeri pastinya gratis, berbeda dengan pihak sekolah swasta yang memang operasional sekolah sangat tergantung dengan uang bayaran siswanya sehingga berbiaya”ungkap Purba Blankon.
Lanjutnya.”Atau pihak sekolah juga bisa mencarikan orang tua asuh kepada anak yang kurang mampu,sehingga siswa dapat menyelesaikan Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 tahun.bukan malah bertindak arogan dan mengusir wartawan, sehingga menurut pandangan saya pihak Yayasan wajib mengevaluasi kinerja kepala sekolahnya, bahkan Pemerintah Kota Medan juga agar lebih aktif dalam melakukan pengawasan kepala sekolah sekolah Swasta, khususnya penggunaan Dana Bos disekolah tersebut (SGN/PP/AS).
Discussion about this post