Simalungun, Sinarglobalnusantara.com-
Pada pertengahan bulan Oktober 2025 lalu, tepatnya (18/10/2025), sebuah insiden tragis menimpa seorang murid di SD Negeri 097329 Sinta Dame, sebuah Sekolah Dasar di Nagori Bah Jambi ll, Kecamatan Tanah Jawa,Kabupaten Simalungun, Sumut. Korbannya Difradik S Samosir, siswa kelas Lima diketahui mengalami kejadian yang sangat menyakitkan dan pastinya membekas seumur hidupnya.
Menurut keterangan Hendi Arjona Samosir (ayah korban ), anak pertamanya itu sudah terbaring dan tidak bersekolah selama satu setengah bulan, berawal terkena luka bakar tumpahan minyak panas tepat di paha sebelah kiri, kulit dan daging orang dewasa saja pasti melepuh jika tersiram air mendidih, apalagi daging anak anak yang masih muda,akibat sakit yang terlalu dialaminya Difradik sempat mengeluarkan kata kata yang sangat menyayat hati setiap yang mendengar “Sakit kali…lebih baik aku mati” kalimat ini langsung didengar saksi mata yang ikut mengantar korban ke Rumah Sakit Efarina si Pematangsiantar

Beruntung, saat itu hidup korban masih bisa diselamatkan, namun keluarga sempat kecewa dengan pihak sekolah yang dinilai kurang perduli akan korban, karana setelah kejadian hari Sabtu pihak sekolah tidak langsung berkunjung, baru lah hari Senin (20/10/2025), Pangulu Nagori Bah Jambi ll,Rahman, memanggil kedua belah pihak untuk upaya mediasi. Walau cukup alot akhirnya diputuskan 2 poin pada mediasi diantaranya:
1. Pihak SD Negeri 097329 Sinta Dame l bersedia bertanggung jawab atas perobatan Dofradik S Samosir.
2.Kedua belah pihak bersedia bertemu kembali untuk membahas lebih detail pertanggungjawaban atas insiden tersebut.

Namun lagi lagi, orang tua korban pun merasa kecewa lagi, pihak sekolah pun seperti lepas tangan atas penderitaan yang dialami korban dan keluarganya, keputusan hasil mediasi pun seperti tak ada artinya, meskipun orang tua korban berupaya melakukan komunikasi dengan pihak sekolah melalui para tokoh masyarakat bahkan hingga melalui Pangulu Nagori Bah Jambi ll, namun tidak pernah ada itikad baik pihak sekolah.
“Selama ini jika ditanya masyarakat bagaimana pertanggungjawaban pihak sekolah, kami selalu katakan aman, karena kami menantikan kepedulian mereka, hari ini saya ungkapkan sebenarnya dari awal hingga satu setengah bulan anak kami sakit, kepala sekolah itu belum pernah datang menjenguk, sepertinya Kepsek anggap remeh melihat kami orang miskin ini, bahkan terkait pertanggung jawaban yang disepakati saat mediasi di kantor Nagori, mereka tidak mengindahkannya, pihak sekolah berkata kepada pak Pangulu kami mereka tidak ada tanggung jawab lagi karena sudah berkunjung ke rumah korban,”ujar ayah korban.
Terkait hal ini pun sudah terkonfirmasi kepada Pangulu Nagori Bahjambi ll,Rahman,saat dikonfirmasi membenarkan pihak sekolah seperti lepas tangan,”kita dari Pemerintah Nagori sudah berupaya mediasi, tadinya kita berharap kasus ini tidak perlu sampai kepada APH,namun hasilnya ya begitulah, komunikasi dengan pihak sekolah pun tidak membuahkan hasil, jadi untuk selanjutnya kita serahkan saja pada keluarga”ujar pangulu saat ditemui di kantor Camat Tanah Jawa.
Ayah yang Mengetuk Pintu Keadilan
Kejadian ini memicu gelombang keprihatinan, di tengah derita yang menimpa anaknya, Hendi justru dihadapkan pada kenyataan pahit lainnya,Hendi merasa dibiarkan pihak sekolah berjalan sendirian, memikul beban dan kekhawatiran yang semestinya tidak ditanggung seorang ayah sendirian, setelah diketahui pihak sekolah diduga lepas dari tanggung jawab, pada hari Jumat (28/11/2025) sekira pukul 10:30 WIB, ayah korban menyempatkan diri berupaya langsung ke sekolah meminta pertanggungjawaban pihak sekolah , namun lagi lagi jalan buntu ternyata sudah pulang.
Keluarga yang hidup dalam kondisi ekonomi sulit ini menyatakan sudah tidak sanggup lagi menanggung biaya perawatan lanjutan di dokter. “Kami masyarakat miskin, tidak punya biaya untuk pengobatan anak kami. Kami hanya ingin keadilan dan kesembuhan untuk anak kami. Karena tidak adanya kejelasan dari pihak sekolah, keluarga kami menyatakan siap menempuh jalur apa pun untuk mendapatkan keadilan bagi anak kami ini, mau ke Dinas Pendidikan,Dinas Sosial, mau ke Kepolisian, kami sudah siap. Kami hanya butuh bimbingan dari pihak yang bisa membantu kami,” ujar Hendi.
Keluarga berharap kejadian ini ditindaklanjuti oleh pihak berwenang, baik dari pemerintah desa, Dinas Pendidikan, maupun aparat hukum, agar anak mereka dapat mendapatkan perawatan yang layak dan pertanggungjawaban dari pihak sekolah dapat ditegakkan, “Saya hanya ingin pihak sekolah bicara, bertanggung jawab. Saya hanya ingin keadilan untuk anak saya,” ucap Hendi dengan suara bergetar.
“Kami memohon dengan sangat kepada semua pihak yang memiliki hati nurani dan kekuasaan untuk membantu kami. Kami mencari keadilan untuk Dipradik, agar ia bisa mendapatkan perawatan medis yang layak dan sembuh dari luka yang menyiksa ini.Kami percaya bahwa masih ada kebaikan di dunia ini. Kami berharap, dengan bantuan dan dukungan dari Anda semua, Dipradik dapat kembali tersenyum dan melanjutkan hidupnya tanpa bayang-bayang rasa sakit dan penderitaan”kata Hendi Samosir.
Kondisi Korban Harus Segera Ditangani Khusus
Untuk memastikan kondisi korban, media Sinar Global Nusantara langsung menyambangi kediaman adek Dipradik Samosir di Dusun ll Cinta Rame Ampat, Nagori Bah Jambi ll, Kecamatan Tanah Jawa, Simalungun, ternyata begini kondisi korban yang sangat memilukan dan harus segera ditangani secara khusus.
– Luka Bakar yang Mengerikan: Paha kiri Dipradik dipenuhi luka bakar yang menganga dan meradang. Kulitnya melepuh, memerah, dan sebagian terkelupas, memperlihatkan jaringan di bawahnya yang merah dan sensitif. Luka bakar ini bukan hanya sekadar goresan, tetapi luka dalam yang menembus lapisan kulit, menyebabkan rasa sakit yang tak tertahankan.
– Nyeri yang Tak Tertahankan: Setiap gerakan Dipradik adalah siksaan. Luka bakarnya terasa seperti terbakar setiap kali ia bergerak, bahkan saat ia beristirahat. Nyeri ini membuatnya sulit tidur, makan, dan berkonsentrasi. Ia seringkali menangis dan merintih kesakitan, membuat hati orang tuanya hancur.
– Infeksi dan Komplikasi: Luka bakar yang terbuka rentan terhadap infeksi. Jika tidak segera diobati, infeksi dapat menyebar ke seluruh tubuh dan menyebabkan komplikasi serius lainnya. Dipradik membutuhkan perawatan medis intensif untuk mencegah infeksi dan mempercepat penyembuhan.
– Keterbatasan Gerak: Luka bakar di paha kirinya membatasi gerak Dipradik. Ia tidak bisa berjalan, berlari, atau bermain seperti anak-anak lain. Ia harus berbaring atau duduk sepanjang waktu, merasa terisolasi dan kehilangan kebebasannya.
– Trauma Emosional: Kejadian ini meninggalkan trauma emosional yang mendalam pada Dipradik. Ia menjadi takut, cemas, dan mudah terkejut. Ia seringkali mengalami mimpi buruk dan kilas balik tentang kejadian tersebut. Ia membutuhkan dukungan psikologis untuk mengatasi trauma ini dan kembali menjalani hidup dengan normal.
– Perubahan Penampilan: Luka bakar meninggalkan bekas luka permanen di paha kiri Dipradik. Bekas luka ini dapat mempengaruhi kepercayaan dirinya dan membuatnya merasa malu atau minder. Ia membutuhkan dukungan dan penerimaan dari orang-orang di sekitarnya untuk mengatasi masalah ini.
Terkait peristiwa ini,dan dugaan tidak bertanggungjawab nya pihak sekolah, dan tidak melaksanakan mediasi yang dilakukan Pemerintah Nagori, Kepala Sekolah SD Negeri 097329 Sinta Dame l, Bonggas Pardede belum berhasil dikonfirmasi hingga berita ini diterbitkan karena saat wartawan menyambangi sekolah tersebut pada Jumat (28/11/2025) sekira pukul 10:30 WIB kondisi sekolah sudah kosong. Media Sinar Global Nusantara akan terus memantau perkembangan kejadian ini demi keadilan untuk Dipradik.(SGN/R01)











































Discussion about this post