Simalungun, Sinarglobalnusantara.com-
Berbicara tanggung jawab,maka secara hukum Pemerintah memiliki tugas utama untuk mensejahterakan rakyatnya,maka seharusnya mengatasi kemiskinan bukanlah tugas amal,melainkan tindakan keadilan yang harus dilaksanakan,hal tersebut juga ditekankan pada sila ke 4 Pancasila tentang keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Namun faktanya sering kali bicara keadilan dan kesejahteraan masyarakat hanya gencar dibahas ketika momen momen tertentu,bahkan terkadang saat momen Pilkada dan Pemilihan Legislatif ,hampir semua calon menyatakan diri paling perduli akan kesejahteraan dan keadilan bagi masyarakat,namun pada kenyataannya setelah itu semua selesai maka selesailah semua tanggung jawab dan janji yang pernah diumbar umbar,pada kenyataannya pejabat yang terpilih senang menikmati kekuasaannya dan masyarakat tetap lah pada kedukaannya karena kemiskinannya
Cerita duka ini pun datang dari Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara.sungguh sangat miris melihat kondisi salah satu keluarga miskin yang tinggal di kampung Petani,Nagori Huta Parik,Kecamatan Ujung Padang,Kabupaten Simalungun.Dimana keluarga S Lumban Tobing (55) dengan istrinya beserta anaknya tingal di sebuah rumah yang memprihatinkan dan tidak layak huni,bekerja sebagai buruh serabutan tentu penghasilan tidak menentu, sementara Lumban Tobing bersama istrinya harus menafkahi 3 orang anaknya yang saat ini sedang sekolah di tingkat SMA, SMP, dan seorang anak masih kecil.
Pantauan dilokasi pada Selasa (19/11/2024), kondisi rumah ini pun sebenarnya nyaris roboh,ding ding yang terbuat dari papan juga sudah bolong dari berbagai bagian, jendela pun sudah sangat kropos hingga bolong, bahkan daun jendela yang sudah copot put ditutup dengan kain seadanya dan sebagian ditutup seng bekas.Yang paling menyedihkan atap rumah pun sudah banyak yang bocor,bahkan di bahagian depan sengnya sudah copot,maka ketika hujan turun satu keluarga ini hanya mampu meratapi nasibnya.Sungguh sangat ironis melihat kondisi keluarga ini luput dari perhatian pemerintah,terutama pemerintah Nagori Huta Parik dan Pemerintah Kabupaten Simalungun, padahal rumah ini tak jauh dari jalan umum.
Ketika ditemui awak media ini di kediamannya,M br Sianturi (42) istri dari Lumban Tobing,mengatakan hal ini sudah lama dialami keluarganya, mereka harus pasrah dengan keadaan hidup yang di jalani,hempitan keadaan ekonomi keluarganya selama ini sudah menjadi derita hidup setiap harinya,yang paling memilukan suaminya saat ini kondisi dalam keadaan sakit sakitan dan kedua anak saya masih duduk di bangku sekolah, sementara saat ini wanita paruh baya ini harus mati matian menghidupi Menurut M br Sianturi, mereka sudah bolak balik mengajukan bantuan pada pemerintah Desa,namun semuanya sia sia.
“Saat ini kami pasrah dengan keadaan dan rumah yang kami tempati ini hanya menunggu roboh saja, apa lagi saat musim hujan turun, kami sekeluarga tidak bisa tidur, karna atap dan dinding rumah semua sudah bolong, sering kali kami sambil meneteskan air mata jika hujan turun,namun sepertinya derita kami ini masih terus berlanjut,namun kami tetap berfikir pasti ada harapan,dan melalui media ini mohon disampaikan pada pemerintah dan orang orang baik diluar sana bahwa kami sangat mengharapkan bantuan,mohon ada yang peduli dengan kondisi keadaan hidup kami saat ini”, tandasnya dengan air mata bercucuran
(SGN/TS)
Discussion about this post