Jelang PSU,Aktivis Papua Minta Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Hentikan Rasis dan Hujat Sesama Timses

Papua, Sinarglonalnusantara.com-

Menjelang Pemilihan Suara Ulang (PSU) untuk pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi Papua yang akan berlangsung 6 Agustus 2025 mendatang, situasi politik di Papua semakin tidak terkontrol,dimana para Tim Sukses (Timses) dinilai bukan hanya menjual program dan visi misi calon, melainkan lebih mengarah kepada perilaku rasis dan saling hujat sesama Timses di media sosial.

Atas hal tersebut,salah satu aktivitas di Papua memberikan pernyataan keras.Yerry Basri Mak SH.MH.,yang juga aktif menjadi Ketua LSM WGAB Papua mengatakan agar 2 Pasangan Calon Gubernur Papua memberikan teguran keras terhadap para Timsesnya demi ketenangan masyarakat Papua.

“Kita minta Pasangan Benhur Tomi Mano-Costan Karma dengan pasangan Matius Derek Fakhiri- Aryoko Alberto Ferdinand menegur dan mengingatkan para Timsesnya,hendaknya ke 2 Paslon memberikan edukasi politik yang baik dan mendidik di tengah masyarakat, cukup para TS itu menjual program,jangan saling menghujat dan rasis di media sosial yang saling menjatuhkan calon Gubernur dan Wakil Gubernur”ujar Yerry kepada wartawan di Papua pada Senin (19/05/2025).

Menurut Yerry,jika para Timses menjual program dan visi misi jagoannya dengan baik maka masyarakat Papua pasti akan memilih yang terbaik,”Kita harus hindari gesekan dan konflik sesama tim sukses, kita harus menjaga kenyamanan dan kedamaian di tanah Papua,dan kita juga harus bijak dalam mengunakan media sosial, untuk apa perpecahan,toh juga para calon adalah putra putra terbaik Papua dan mereka adalah orang Papua asli dan mereka punya hak yang sama untuk menduduki jabatan Gubernur Papua”, katanya.

“Jadi jangan kita beda bedakan, ini bukan dari Tabi dan Sareri seperti pembahasan di medsos,itu keliru karena yang maju sebagai calon Gubernur Papua ini adalah orang Papua asli rambut keriting dan kulit hitam dan dia punya hak untuk maju sebagai calon Gubernur Papua di provinsi induk yang sudah memekarkan lima provinsi ditanah Papua ini, jadi biarlah masyarakat yang menentukan berdasarkan hati nuraninya”,Tandas Yerry menutup percakapan.(SGN/MMK)