Asahan, Sinarglobalnusantara.com-
Tanah Indonesia terkenal dengan kesuburannya,apalagi tanah di Kabupaten Simalungun dan di Kabupaten Asahan Provinsi Sumut,unsur unsur hara yang terkandung didalamnya bisa menyuburkan tanaman,bahkan sampai ada istilah tanam ubi dilempar ke tanah saja pasti berbuah, artinya meskipun tanpa diberikan pupuk tambahan asal dilakukan pembersihan saja sebenarnya tanaman sudah pasti menghasilkan.
Namun kesuburan tanah tersebut tampaknya tidak dimanfaatkan dengan baik oleh Manajemen PTPN IV Regional ll khususnya Distrik I Unit Mandoge, jika saja dilakukan perawatan tanaman sawit dengan benar,maka sudah dipastikan perusahaan akan untung besar dari hasil produksi TBS yang menghasilkan CPO yang berkualitas tinggi,atau bahkan meskipun hanya dibersihkan saja dan di lakukan penunasan (pruning)dengan berkala maka dijamin produksi bisa memuaskan.
Fakta ditemukan dilapangan, sesuai hasil investigasi wartawan (08/03/2025), tepatnya di Afdeling l,yang secara geografis terletak di Kecamatan Bandar Pasir Mandoge,Kabupaten Asahan provinsi Sumatera Utara.Sangat miris melihat puluhan hektar kondisi tanaman sawit seperti hidup segan mati tak mau,dalam istilah bahasa barat bisa disebut “Shrubs Yes Pruning No” yang artinya semak ya pemangkasan tidak.ternyata TM yang diperkirakan usia 10 Tahun ini hanya dipanen saja produksinya tanpa adanya perawatan seperti pada gambar dibawah.
Terpantau dengan jelas saat wartawan menelusuri blok demi blok, puluhan hektar tanaman yang masih aktif berproduksi sepertinya tidak pernah dilakukan pruning atau tunasan, puluhan pelepah sengkleh dan sebagian sudah kering bergelantungan di pohon sawit.Disisi lain gulma benalu menempel hingga membesar tumbuh subur di batang pohon kelapa sawit, sehingga tanaman pun memiliki beban yang cukup berat, seperti gambar dibawah.
Bukan disitu saja, Gulma pun menyerang tanaman dari bawah,anakan kayu tumbuh subur menjulang tinggi hingga mencapai 3 meteran, rumput liar pun hampir ditemukan merdeka menghimpit tanaman, selain itu anakan sawit liar atau biasa disebut kentosan banyak ditemukan kuat dugaan sudah 2 tahun tidak pernah dilakukan dongkel anak kayu,tentu dengan kondisi seperti ini sehingga menganggu produktivitas kelapa sawit dengan berebut unsur hara pada tanah,selain itu dipastikan pemanen kesulitan memanen dan mengeluarkan hasil produksi dari lapangan.
Benar saja,saat ditemui seorang lelaki dilapangan diketahui karyawan pemanen di Afdeling l,memang mengaku kesulitan setiap memanen dilokasi tersebut,”Sudah lumrah dengan kondisi seperti ini, bukan satu blok aja hampir semua ini bang, bisa dihitung bang yang bersih, bagi kami sangat sulit untuk menurunkan hasil produksi dangan kondisi sampah pelepah yang bergantungan mengering, dan juga benalu yang lengket di batang pohon kelapa sawit, ditambah lagi kondisi gawangan di tumbuhi tanaman liar, seperti,anakan kayu,lompong, anakan kelapa sawit liar tumbuh subur semua.Padahal kami dipaksa untuk mendapatkan target produksi,nanti kalau panen buah mentah ya awak kena marah,cuman jika kondisi pohon seperti ini mana bisa terlihat mata,kadang sering capek capek mindahi egrek saja bang,hasil sulit didapat”, tandasnya dengan enggan menyebut identitasnya karena takut jika di up kepermukaan.
Sesuai informasi yang diketahui, dalam hal pemeliharaan pada tanaman kelapa sawit , Manajemen PTPN IV PalCo sudah mengatur tentang rincian biayanya, seperti yang sudah tertuang dalam Instruksi Kerja ( IK) dari perusahaan tersebut, tentang perawatan rutin untuk tanaman kelapa sawit yang masih aktif produksi,lantas jika demikian kemana kira kira angaran perawatan yang disalurkan oleh perusahaan milik Badan Usaha Milik Negara (BUMN)ini.
Guna menindak lanjuti hasil temuan, wartawan coba memastikan kenapa kondisi tanaman produktif bisa terbengkalai seperti itu dengan melakukan konfirmasi kepada Manajer PTPN IV unit Mandoge,namun meskipun foto foto yang dikirimkan ke Manajer sudah terkirim dan ceklis 2 dan sudah dibaca, namun manajer memilih bungkam cuek bebek atas konfirmasi wartawan.
Sama hal nya, General Manajer Distrik l Bah Jambi Masaeli Lahagu, selaku Pembina di Distrik l yang seharusnya paling bertanggung jawab atas pengelolaan operasional dan strategis di wilayahnya dan yang memiliki tugas utama meliputi pengawasan produksi, manajemen tim, pengendalian biaya, implementasi kebijakan keberlanjutan,dan pemastian pencapaian target bisnis.Saat dikonfirmasi terkait buruknya perawat di kebun Mandoge melalui pesan WhatsApp pada Senin (10/04/2025) ternyata pesan yang dikirim masih ceklis satu hingga berita diterbitkan,kuat dugaan nomor wartawan sudah di blokir Lahagu mengingat sering kritisi pekerjaannya.(SGN/TS/R01)
Discussion about this post